Perkembangan Teori
Atom dan Konfigurasi Elektron
Dalam tulisan ini, kita akan mempelajari sejarah perkembangan teori atom,
struktur atom, serta cara menuliskan distrubusi elektron dalam atom. Teori atom pertama kali
dicetuskan oleh John Dalton, seorang ilmuwan berkebangsaan Inggris, pada tahun
1808.
Beliau menyatakan bahwa semua materi tersusun dari “building block” yang
dikenal dengan istilah “atom”. Teori atom Dalton dapat dirangkum dalam
beberapa pernyataan berikut:
1.
Semua unsur di
alam tersusun dari partikel yang sangat kecil yang dikenal sebagai atom.
2.
Atom-atom
suatu unsur adalah identik satu sama lainnya; atom suatu unsur berbeda dari
atom unsur lainnya
3.
Senyawa
terbentuk dari atom-atom berbagai unsur; dalam pembentukan senyawa,
perbandingan atom-atom unsur penyusun senyawa selalu merupakan bilangan bulat
dan sederhana
4.
Reaksi kimia
merupakan peristiwa pemisahan, penggabungan, atau penataulangan (rearrangement)
atom-atom; reaksi kimia tidak menciptakan atau memusnahkan atom
Seiiring dengan perkembangan
zaman dan kemajuan teknologi, para ilmuwan mulai meneliti atom. Pada
tahun 1906, J.J. Thomson, seorang ilmuwan berkebangsaan Inggris, memperoleh
Hadiah Nobel bidang Fisika atas keberhasilannya menemukan elektron, salah satu subpartikel
penyusun atom. Beliau mengajukan model atom yang dikenal dengan istilah “model
roti kismis”. Dalam teori ini, elektron dianggap tersebar secara acak pada
permukaan atom berupa bola pejal bermuatan positif.
Pada awal abad ke-19, dua
sifat atom telah jelas; di dalam atom terdapat sejumlah elektron dan atom
bersifat netral. Untuk mempertahankan sifat netral tersebut, atom haruslah
memiliki sejumlah muatan positif yang sama untuk menetralkan muatan negatif
yang diemban elektron. Pada tahun 1911, Ernest Rutherford, seorang ilmuwan
berkebangsaan Selandia Baru, melakukan percobaan untuk mempelajari struktur
atom dengan menggunakan sinar α yang ditembakkan pada lempengan emas. Beliau
memperoleh hasil bahwa sebagian besar sinar α akan diteruskan, sementara
sebagian akan dibelokkan dan dipantulkan kembali.
Oleh karena sinar α
mengemban muatan positif, maka Beliau berkesimpulan bahwa sebagian besar ruang
atom adalah kosong (hampa); atom memiliki muatan positif yang terkonsentrasi
pada inti atom dengan densitas tinggi. Hasil penemuan Rutherford semakin
melengkapi pengetahuan tentang struktur atom. Muatan positif yang
terdapat pada inti atom dikenal dengan istilah proton (oleh Goldstein).
Perkembangan selanjutnya
telah menghasilkan temuan bahwa selain proton, di dalam inti atom terdapat
sejumlah subpartikel yang memiliki massa yang hampir sama dengan proton, akan
tetapi tidak mengemban muatan listrik. Hal ini dikemukakan oleh James Chadwick,
ilmuwan berkebangsaan Inggris pada tahun 1932. Partikel tersebut kemudian
dikenal dengan istilah neutron. Dengan demikian, atom bukanlah partikel terkecil penyusun materi;
sebab, atom sendiri tersusun dari beberapa subpartikel yang lebih kecil, yaitu
ELEKTRON, PROTON, dan NEUTRON.
Niels Bohr, seorang ilmuwan
berkebangsaan Denmark, mengajukan model atom Bohr untuk melengkapi beberapa
kekurangan dari teori-teori atom sebelumnya. Model atom Bohr menunjukkan bahwa
elektron-elektron di dalam atom berada di dalam garis-garis lingkaran (orbit)
dengan tingkat energi yang berbeda mengelilingi inti (pikirkanlah planet-planet
yang sedang mengorbit mengelilingi matahari di dalam sistem tata surya). Bohr
menggunakan istilah tingkat energi (kulit) untuk menggambarkan garis-garis
lingkaran dengan level energi yang berbeda. Dengan demikian, struktur atom
tersusun dari proton dan neutron pada inti atom yang dikelilingi oleh elektron
pada kulit atom. Jumlah proton dalam inti atom sama dengan jumlah elektron pada
kulit atom.
Elektron memiliki massa yang
jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan massa proton maupun neutron. Dengan
demikian, massa atom, untuk keperluan praktis, dapat dianggap sebagai jumlah massa proton dan
neutron (massa elektron yang sangat kecil dapat diabaikan).
Jumlah banyaknya proton
ditambah dengan banyaknya neutron di dalam atom dikenal dengan istilah nomor massa (A). Sementara,
jumlah proton di dalam inti atom sering disebut dengan nomor atom
(Z). Oleh karena atom bersifat netral,
maka jumlah elektron yang dimiliki akan sama dengan jumlah proton. Simbol suatu
unsur tertentu dapat dilengkapi dengan A dan Z, seperti yang dinyatakan dalam
bentuk penulisan berikut: ZXA
Berdasarkan jumlah proton,
elektron, dan neutron yang dimiliki masing-masing unsur, maka unsur-unsur
tersebut dapat dikelompokkan ke dalam beberapa kategori berikut:
1.
Isotop : unsur-unsur dengan nomor atom (Z) sama, tetapi nomor massa (A)
berbeda
Contoh : 1H1 (hidrogen), 1H2 (deuterium),
dan 1H3 (tritium)
2.
Isobar : unsur-unsur dengan nomor massa (A) sama, tetapi nomor atom (Z)
berbeda
Contoh : 15P32 dan 16S32
3.
Isoton : unsur-unsur dengan jumlah neutron sama (A-Z, sama)(dibaca: A
kurang Z, sama)
Contoh : 7N14 dan 8O15
4.
Isoelektron : unsur-unsur dengan jumlah elektron sama
Contoh : 9F-, 10Ne,
dan 11Na+
Atom yang bermuatan listrik netral dapat
mengemban muatan positif maupun negatif apabila terjadi pelepasan atau
penangkapan elektron (ingat: inti atom tidak boleh mengalami perubahan;
sebab, bila terjadi perubahan inti atom, sifat dan jenis unsur akan berubah
pula). Atom atau kumpulan atom yang mengemban muatan listrik dikenal dengan sebutan ion. Ion yang mengemban muatan
positif (terjadi saat atom kehilangan elektron) disebut kation; sementara ion yang mengemban muatan negatif
(terjadi saat atom mendapatkan elektron tambahan dari luar) dikenal dengan
istilah anion.
Berdasarkan model atom Bohr, elektron yang
terletak pada kulit atom memiliki distribusi sedemikan rupa untuk
mempertahankan baik posisi elektron di kulit atom maupun proton dan neutron
(dikenal dengan istilah nukleon) pada inti atom. Susunan atau distribusi elektron di dalam kulit atom
dikenal dengan istilah konfigurasi elektron. Berdasarkan model atom Bohr, elektron mulai mengisi pada kulit yang
paling mendekati inti atom. Setelah dipenuhi, elektron akan mengisi pada kulit
berikutnya, dan seterusnya, sesuai dengan jumlah elektron yang dimilikinya.
Kulit atom suatu atom dilambangkan dengan n.
Kulit pertama atom memiliki nilai n=1. Sementara kulit kedua memiliki harga
n=2, dan seterusnya. Masing-masing kulit memiliki nama dan kapasitas tertentu
dalam menampung elektron.
n=1 dikenal
dengan nama kulit K; menampung maksimum 2 elektron
n=2 dikenal
dengan nama kulit L; menampung maksimum 8 elektron
n=3 dikenal
dengan nama kulit M; menampung maksimum 18 elektron
n=4 dikenal
dengan nama kulit N; menampung maksimum 32 elektron
Jumlah maksimum elektron pada kulit ke-n dapat ditentukan melalui
persamaan 2n2. Pengisian elektron hanya akan dilakukan pada kulit
ke-n apabila kulit-kulit sebelumnya telah terisi penuh oleh elektron sesuai
aturan 2n2.
Berikut
beberapa contoh penulisan konfigurasi elektron, baik atom maupun ion:
6C : 2.4
6C4- : 2.8
(menerima 4 elektron tambahan pada kulit terluar)
12Mg : 2.8.2
12Mg2+ : 2.8
(melepaskan 2 elektron dari kulit terluar)
17Cl : 2.8.7
17Cl- : 2.8.8
(menerima 1 elektron tambahan pada kulit terluar)
20Ca : 2.8.8.2
20Ca2+ : 2.8.8
(melepaskan 2 elektron dari kulit terluar)
55Cs : 2.8.18.18.8.1
55Cs+ :
2.8.18.18.8 (melepaskan 1 elektron dari kulit terluar)
Pelepasan maupun penangkapan elektron dapat mengubah jumlah elektron pada
kulit terluar (dikenal dengan istilahelektron valensi). Unsur-unsur yang memiliki elektron valensi
sama, umumnya memiliki sifat kimia yang serupa, dan dikelompokkan dalam satu
kolom (dikenal dengan istilahgolongan). Sementara unsur-unsur yang memiliki jumlah kulit terisi elektron sama,
umumnya memiliki sifat yang bervariasi dan mereka dikelompokkan dalam satu
baris (dikenal dengan istilah periode). Dengan demikian, konfigurasi elektron telah mempermudah ahli kimia
dalam mempelajari sifat unsur-unsur dan mengelompokkan serta menyusunnya dalam tabel
periodik (tabel berkala) unsur.
Unsur-unsur di alam umumnya terdapat dalam bentuk senyawa. Hanya beberapa
unsur yang terdapat dalam keadaan bebas di alam. Salah satunya adalah golongan
gas mulia VIIIA. Unsur-unsur dalam golongan VIIIA tidak berikatan dengan unsur
lainnya karena telah mencapai kestabilan. Kestabilan gas mulia diperoleh karena
semua kulit terisi penuh oleh elektron dan elektron valensi gas mulia selalu 8
(kecuali Helium yang hanya memiliki elektron valensi 2). Dengan demikian, unsur-unsur
cenderung berikatan satu sama lainnya dengan tujuan untuk meniru konfigurasi
elektron gas mulia yang terdekat (memiliki 8 elektron valensi), baik melalui
cara serah-terima elektron maupun pemakaian bersama pasangan elektron
(pembahasan lebih lengkap bisa dilihat pada bab Ikatan Kimia).
Golongan IA
(Alkali) cenderung melepaskan 1 elektron membentuk ion dengan muatan +1
Golongan IIA
(Alkali Tanah) cenderung melepaskan 2 elektron membentuk ion dengan muatan +2
Golongan IIIA
(Boron-Aluminium) cenderung melepaskan 3 elektron membentuk ion dengan muatan
+3
Golongan IVA
(Karbon) cenderung melepaskan 4 elektron membentuk ion dengan muatan +4 atau
menerima 4 elektron membentuk ion dengan muatan -4
Golongan VA
(Nitrogen-Fosfor) cenderung menerima 3 elektron membentuk ion dengan muatan -3
Golongan VIA
(Oksigen-Belerang) cenderung menerima 2 elektron membentuk ion dengan muatan -2
Golongan VIIA
(Halogen) cenderung menerima 1 elektron membentuk ion dengan muatan -1
Golongan VIIIA
(Gas Mulia) telah mencapai kestabilan dengan 8 elektron valensi sehingga tidak
membentuk ion.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar